Kerja Sama Indonesia-Taiwan Diharapkan Meningkat
Dikutip dari Harian KOMPAS, Jumat, 1 Agustus 2008.
Dikutip dari Harian KOMPAS, Jumat, 1 Agustus 2008.
Jakarta, Kompas - Pebisnis Taiwan berminat menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi baru setelah China dinilai mulai kurang kompetitif. Namun, calon investor masih mempersoalkan layanan birokrasi, infrastruktur, dan masalah perburuhan. Terdapat 2.000 perusahaan Taiwan yang siap keluar dari China.
Pandangan tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi dan Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Rekson Silaban, Kamis (31/7) di Jakarta.
Menurut Sofjan dan Rekson, antusiasme investor Taiwan tercermin dalam forum investasi Indonesia-Taiwan yang digelar Kamar Dagang dan Industri kedua negara pekan ini di Taipei.
”Ada 2.000 perusahaan Taiwan yang sudah pasti mau keluar dari China. Mereka mempertimbangkan untuk merelokasi bisnisnya ke Indonesia atau Vietnam,” ujar Sofjan.
Namun, kerumitan perizinan dan kelemahan sarana dan prasarana fisik, termasuk krisis listrik, menjadi pertimbangan para calon investor.
Kepada para calon investor di Taiwan, Rekson menjelaskan, serikat buruh di Indonesia saat ini lebih rasional dibandingkan dengan awal reformasi. Unjuk rasa dan pemogokan kini sudah jauh berkurang. Pelaku usaha dapat menghindari pemogokan dan unjuk rasa dengan membentuk serikat pekerja, perjanjian kerja bersama, dan perundingan secara bipartit.
Indonesia surplus
Dari Taipei dilaporkan, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia-Taiwan yang sudah berjalan baik diharapkan bisa lebih meningkat di semua sektor. Terpilihnya Presiden Taiwan Ma Ying Jiu yang berasal dari Partai Kuomintang diharapkan akan membuka peluang kerja sama ini semakin besar.
Selama ini kerja sama ekonomi dan perdagangan antarkedua negara masih surplus di pihak Indonesia. Namun, untuk mengembangkan lebih lanjut harus tetap hati-hati karena Indonesia menganut kebijakan satu China atau one China policy.
”Kerja sama selama ini dilakukan berdasarkan hubungan bisnis saja. Tidak bisa berhubungan Government to Government. Kalau sudah menyangkut begitu, sering kali Indonesia mendapat tekanan dari China. Pemerintah tidak bisa mengirim delegasi ke Taiwan,” kata Agum Gumelar, Ketua Komite Taiwan Kadin, Selasa (29/7) di Taipei.
Sementara itu Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan Soehartono mengatakan, tahun 2007 ekspor Indonesia ke Taiwan mencapai 8,9 miliar dollar AS, naik 12,86 persen dibandingkan dengan tahun 2006.
Adapun ekspor Taiwan ke Indonesia pada tahun yang sama mencapai 5,78 miliar dollar AS, naik 11,15 persen dibandingkan dengan tahun 2006. (day/ARN)
Kembali
Dari Taipei dilaporkan, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia-Taiwan yang sudah berjalan baik diharapkan bisa lebih meningkat di semua sektor. Terpilihnya Presiden Taiwan Ma Ying Jiu yang berasal dari Partai Kuomintang diharapkan akan membuka peluang kerja sama ini semakin besar.
Selama ini kerja sama ekonomi dan perdagangan antarkedua negara masih surplus di pihak Indonesia. Namun, untuk mengembangkan lebih lanjut harus tetap hati-hati karena Indonesia menganut kebijakan satu China atau one China policy.
”Kerja sama selama ini dilakukan berdasarkan hubungan bisnis saja. Tidak bisa berhubungan Government to Government. Kalau sudah menyangkut begitu, sering kali Indonesia mendapat tekanan dari China. Pemerintah tidak bisa mengirim delegasi ke Taiwan,” kata Agum Gumelar, Ketua Komite Taiwan Kadin, Selasa (29/7) di Taipei.
Sementara itu Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan Soehartono mengatakan, tahun 2007 ekspor Indonesia ke Taiwan mencapai 8,9 miliar dollar AS, naik 12,86 persen dibandingkan dengan tahun 2006.
Adapun ekspor Taiwan ke Indonesia pada tahun yang sama mencapai 5,78 miliar dollar AS, naik 11,15 persen dibandingkan dengan tahun 2006. (day/ARN)
Kembali