by : Rizky Andriati Pohan
ASIA akan kembali merebut kebangkitannya, cepat atau lambat. Demikian kesimpulan yang disampaikan Kishore Mahbubani, mantan Diplomat Singapura yang lebih dari 30 tahun menyelami dunia diplomasi. Selain mengajar dan menjadi Dekan di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Kishore aktif menulis berbagai artikel di sejumlah media internasional seperti Foreign Affair, Foreign Policy, The Washington Quarterly, Time, Newsweek, dan New York Times.
Dia juga menulis sejumlah buku antara lain; The New Asian Hemisphere: The Irresistible Shift of Power to the East, Can Asians Think? Understanding the Divide Between East and West, Beyond the Age of Innocence: Rebuilding Trust between America and the World. Berikut pandangan dan analisis Kishore yang disampaikannya saat datang ke Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia juga menulis sejumlah buku antara lain; The New Asian Hemisphere: The Irresistible Shift of Power to the East, Can Asians Think? Understanding the Divide Between East and West, Beyond the Age of Innocence: Rebuilding Trust between America and the World. Berikut pandangan dan analisis Kishore yang disampaikannya saat datang ke Jakarta beberapa waktu lalu.
1.Bagaimana penjelasan Anda mengenai kebangkitan Asia?
Saya lahir dan besar di Singapura. Singapura sendiri baru merdeka pada 1965. Ketika itu kondisi Singapura tak ubahnya seperti Ghana. Kemiskinan di mana-mana. Tetapi, Singapura terus berkembang seperti sekarang ini. Banyak negara Asia yang mengalami cerita seperti ini. Saya percaya Asia akan menjadi pahlawan dan cerita kepahlawanan tentang dominasi Barat akan berakhir. Tetapi, bukan berarti Barat akan runtuh. Barat tetap memiliki dan menjadi peradaban besar.
China dan India pernah memiliki sejarah dan peradaban besar. Sejak abad pertama hingga 1820, perekonomian terbesar dipegang China dan India. Indonesia juga pernah memiliki imperialisme besar pada masa Sriwijaya dan Majapahit. Dengan kesuksesan masa lalu, kebangkitan Asia akan segera kembali. Memang banyak orang Asia yang tidak percaya bahwa Asia akan besar dan bangkit. Sebenarnya kita pernah melewati kebangkitan itu dan bisa mengembalikannya. Goldman Sachs memprediksi pada 2050 China, India, Amerika, dan Jepang, akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Kita bisa melihat bahwa tiga negara tersebut merupakan negara Asia.
Asia melakukan banyak perubahan dan perubahan yang terjadi begitu menakjubkan. Apa yang dialami Asia saat ini tak berbeda ketika Barat mengalami revolusi industri. Pada masa itu Barat mengalami peningkatan kesejahteraan mencapai 50 persen. Namun, apa yang terjadi, saat ini peningkatan kesejahteraan di Asia melampaui Barat, mencapai seribu persen. Angka itu besar sekali. Hal ini benar-benar terjadi dan harus selalu diingat. Asia tidak pernah menunggu untuk belajar. Asia belajar dengan cepat.
2. Apa yang membuat Asia bangkit?
Karena Asia mengadopsi yang saya sebut tujuh pilar kebijaksanaan Barat. Pertama, pasar bebas. China adalah negara yang sangat sukses menerapkan pasar bebas. Karena pasar bebas, China berkembang begitu pesat dalam 30 tahun terakhir. Kedua, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Eropa bisa menjadi penjelajah dan menjajah banyak bangsa karena mereka berhasil menguasai teknologi. Yang menakjubkan saat ini, Asia menguasai teknologi. Sekitar 85-90 persen teknisi di dunia ini adalah orang Asia. Di universitas Amerika, kebanyakan penerima gelar Phd adalah orang Asia. Mereka bernama Tan, Wang atau Khapoor. Hanya satu atau dua orang saja yang memiliki nama Anglo Saxon, semisal David. Ini adalah ilustrasi yang terjadi saat ini, sekaligus kekuatan Asia.
Ketiga, pragmatisme. Konsepnya kucing putih ataupun kucing hitam sama saja, mereka semua adalah kucing. China adalah salah satu negara Asia yang pragmatik. China sendiri menjadi pragmatik setelah melihat India. China berinvestasi di sebuah negara tanpa melihat ideologi negara tersebut. Jepang pun sudah melakukan itu puluhan tahun lalu. Keempat, mitokrasi atau pencarian talenta dari berbagai lapisan masyarakat. Brasil adalah salah satu negara yang secara konsisten menjadi pemenang bola, meski perekonomiannya biasa-biasa saja. Hal ini terjadi karena mereka mencari bakat-bakat pemain bola di 200 juta rakyatnya, dari berbagai lapisan, dari yang terendah, menengah, dan teratas.
Asia melakukan hal itu. Sedangkan Barat tidak. India adalah negara Asia yang menerapkan konsep mitokrasi. Sejak ribuan tahun lalu, masyarakat India terbagi atas berbagai kasta. Dengan reformasi besar-besaran dan revolusi sosial, India mengalami banyak perubahan dan semua orang bisa pergi ke sekolah. Orang pintar di India bisa ditemukan dari berbagai kalangan. Kelima, budaya damai. Keenam, penegakan hukum. Ketujuh, pendidikan. Asia merupakan gudang jutaan otak yang belum dipakai. Satu-satunya cara untuk memanfaatkan itu adalah menegakkan pendidikan dan mendirikan sekolah serta universitas. China berkembang karena menginvestasi banyak uang di bidang pendidikan. Kota Guangzhou merupakan kota terkecil di China dan tentu saja di dunia. Namun, kota itu merupakan kota satelit universitas. Sekitar 30 juta orang di China mendapatkan Phd setiap tahun. Bila melihat Amerika, puluhan juta orang India dan China datang ke Amerika untuk sekolah dan mereka kembali ke negara masing-masing setelah lulus.
3. Orang tua Anda berimigrasi dari India ke Singapura, bagaimana masa kecil Anda sebagai anak imigran?
Sejujurnya saya melewati masa lalu yang berat saat masih anak-anak. Ketika saya berusia enam tahun saat masuk sekolah pertama kali, pihak sekolah menimbang berat badan saya dan ternyata saya mengalami gizi buruk. Karena keluarga saya sangat miskin. Bahkan, kami harus menerima jaminan kesejahteran dari pemerintah. Namun, cek kesejahteraan itu tidak cukup.
Ketika itu saya mengikuti program pengayaan nutrisi di sekolah. Saya datang ke kantor kepala sekolah untuk menerima paket susu. Kepala sekolah mengambil sesendok susu dari sebuah baskom dan menyuapi kepada anak yang mengalami kekurangan gizi. Saat itu Singapura masih mengalami kemiskinan. Kenyataannya saat ini Singapura berhasil menghapuskan kemiskinan dan hal ini sangat mengagumkan.
4. Konon ayah Anda juga pernah dipenjara?
Ayah saya dipenjara karena sering mabuk-mabukan dan berjudi. Tetapi, hubungan saya dengan orang tua tetap baik. Ibu dan ayah saya sudah meninggal. Poin terpenting dari masa anak-anak saya adalah apa pun hambatan yang dihadapi seorang anak pada masa kecil, dia masih bisa sukses dengan pendidikan dan beasiswa. Saya beruntung karena bisa mendapatkan beasiswa. Itulah mengapa saya sukses.
5. Anda belajar filsafat di kampus, tetapi kemudian menjadi Diplomat. Apakah itu sebuah ‘kecelakaan'?
Bukan ‘kecelakaan', tetapi semua itu terjadi karena saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang mengikat saya. Ketika itu saya diminta untuk bekerja di kementerian luar negeri. Saya menerimanya dan mengatakan akan bekerja di sana selama dua tahun. Tetapi, kenyataannya saya bekerja di kementerian luar negeri selama sekitar 33 tahun. Dari sana, saya mengetahui bahwa dunia diplomasi sangat menarik dan menantang. Saya pun belajar untuk mencintainya. Sekarang ini saya bisa menulis banyak buku karena belajar banyak dari karier diplomatik.
6. Bagaimana dengan ilmu filsafat yang Anda pelajari di bangku kuliah?
Saya sangat menikmati ilmu filsafat. Karena di dunia filsafat, Anda bisa menanyakan pertanyaan tentang semua hal. Anda menganalisis semua hipotesis. Dan saya rasa cara belajar terbaik adalah dengan mempertanyakan dan menganalisis semua hipotesis. Anda tidak boleh menerima semua hal sebagai sebuah kebenaran. Tetapi, Anda harus benar-benar menganalisisnya.
Apa pun yang dikatakan orang lain, Anda harus mengatakan, mengapa? Mengapa Anda berpikir seperti itu? Karena bahkan negara besar pun pernah melakukan kesalahan besar. Kita harus belajar dari kesalahan orang lain. Saya rasa belajar filsafat mendorong kita untuk bisa melakukan hal itu dan membuka pikiran kita dengan segala kemungkinan. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini, kita harus membuka pikiran dengan kemungkinan-kemungkinan baru.
7. Apa yang Anda lakukan saat luang?
Menulis buku. Hobi saya adalah menulis buku dan artikel, lalu mempublikasikannya. Setiap akhir pekan, saya selalu habiskan waktu untuk menulis. Saya juga bermain golf. Golf sangat penting. Golf merupakan satu alasan mengapa kawasan Asia Tenggara selalu hidup dalam kedamaian dan keharmonisan. Karena semua jenderal di negara-negara Asia Tenggara sibuk berkompetisi di lapangan golf. Mereka tidak memiliki waktu untuk berperang dan saling mengangkat senjata. Inilah yang terjadi di Asia.
Menulis buku. Hobi saya adalah menulis buku dan artikel, lalu mempublikasikannya. Setiap akhir pekan, saya selalu habiskan waktu untuk menulis. Saya juga bermain golf. Golf sangat penting. Golf merupakan satu alasan mengapa kawasan Asia Tenggara selalu hidup dalam kedamaian dan keharmonisan. Karena semua jenderal di negara-negara Asia Tenggara sibuk berkompetisi di lapangan golf. Mereka tidak memiliki waktu untuk berperang dan saling mengangkat senjata. Inilah yang terjadi di Asia.
8. Anda pernah bermain golf di Indonesia?
Ya, di beberapa tempat seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Golf di Indonesia sangat menyenangkan dan luar biasa. Indonesia memiliki banyak lapangan golf yang bagus, pemungut bola yang profesional dan orang-orang yang sangat ramah.
9. Saat ini apa harapan terbesar Anda?
Saya ingin mencoba dan melihat apakah saya bisa membantu menjadikan dunia lebih baik. Saya selalu mengatakan bahwa Asia sedang mengalami kebangkitan karena saya ingin negara-negara Asia meniru lebih banyak negara Asia lain yang sudah baik. Meniru itu baik. Jangan pernah berpikir bahwa meniru itu buruk. Maka tirulah hal-hal positif yang sudah dilakukan negara lain. Mengapa China bisa sukses? Mengapa tidak meniru apa yang sudah dilakukan China? Saya mendorong lebih banyak negara Asia untuk mempelajari kesuksesan negara lain.
[Kembali]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar