Dikutip dari Harian Jurnal Nasional, Jakarta Jum'at, 25 Jul 2008 by : Yeffri Yundiarto Prahadi
Perekonomian Indonesia pascakrisis ekonomi 1997-1998 terus bertumbuh dengan tingkat rata-rata sekitar 5,25 persen sejak 2004. Kenyataan ini termuat dalam rangkuman hasil penilaian ekonomi Indonesia oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dad Pembangunan (OECD).
Meski belum setinggi negara-negara berkembang di kawasan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mengangkat standar hidup masyarakat. Hal itu terlihat dari konsumsi masyarakat yang terus menunjukkan tren meningkat.
OECD menyebutkan, investasi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun masih rendah bila dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Kinerja ekspor masih baik dengan ditopang kenaikan harga komoditas.
“Momentum perekonomian untuk ekspansi ada di tahun 2008-2009 dengan pertumbuhan di atas 6 persen per tahun,” kata Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria di Jakarta, Kamis (24/7).
Ia menyarankan pemerintah mendorong percepatan ekonomi untuk mengurangi angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia tergolong tinggi yaitu 34,96 juta orang sampai Maret 2008. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas harus dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Salah satu caranya adalah mendorong masuknya investasi baru, baik lokal maupun asing. Investasi menjadi senjata ampuh China dan India dalam mempercepat pertumbuhan ekonominya. Namun, minimnya infrastruktur menjadi penghambat utama masuknya investasi baru.
Gurria mengatakan, pemerintah harus memiliki kebijakan fiskal yang jelas untuk meningkatkan belanja modal khusus untuk pembangunan infrastruktur penting, seperti jalan, Bandar udara, pelabuhan, sarana air bersih, dan pembangkit energi listrik. Pemerintah harus melibatkan swasta dalam pembangunan infrastruktur.
“Regulasi yang mengurangi ketidakpastian harus dikurangi terutama yang terkait dengan harga. Adanya subsidi membuat investor sulit mengukur tingkat pengembalian suatu proyek infrastruktur,” ujar dia.
Program otonomi daerah seharusnya mendorong pemerintah daerah memajukan wilayahnya. Layanan investasi di satu pintu, mulai dari pendaftaran, perizinan, dan lainnya, akan memudahkan investor menanamkan dananya. Pemerintah pusat maupun daerah harus terus berupaya menyederhanakan regulasi usaha di daerah agar iklim investasi kondusif.
Melambat
Kepala Ekonom Bank Mandiri Tbk Martin Panggabean menyarankan pemerintah mewaspadai perlambatan ekonomi seiring melambatnya perekonomian global. Inflasi yang tinggi juga akan menekan perekonomian bila Bank Indonesia terus menaikkan suku bunga acuan (BI rate).
Menurut dia, perlambatan ekonomi dapat ditekan dengan menggenjot ekspor seiring kenaikan harga komoditas dunia, seperti minyak sawit mentah, kertas (pulp), dan karet. Pemerintah harus segera memperluas pasar ekspor dan tidak bergantung kepada negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika Serikat.
[Kembali]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar